Restorative Justice: Damai di Meja Mediasi, Anak dan Ibu di Sikka Berdamai

Proses Restorative Justice berhasil menyelesaikan kasus penganiayaan anak terhadap ibu kandung yang terjadi di Kelurahan Kota Uneng, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka. Mediasi berlangsung di Aula Kantor Lurah Kota Uneng pada Selasa (18/2) pukul 16.00 WITA, dihadiri oleh berbagai pihak terkait.
Dalam kasus ini, tersangka E. J. Gapun (34), seorang wiraswasta, diduga melakukan penganiayaan terhadap ibu kandungnya, M.M. Lodan (58), yang berprofesi sebagai PNS. Keduanya merupakan warga Jl. Puu Buti, Kelurahan Kota Uneng.
Upaya mediasi dilakukan oleh Kejaksaan Negeri Sikka yang dipimpin oleh Kepala Seksi Pidana Umum (Kasie Pidum), dengan melibatkan Lurah Kota Uneng, penyidik Polres Sikka, Bhabinkamtibmas, serta tokoh masyarakat, tokoh agama, dan lembaga adat setempat.
Dalam pertemuan yang berlangsung kondusif, pihak korban dan tersangka menyampaikan pernyataan masing-masing. Proses ini mengedepankan nilai-nilai kekeluargaan dan pendekatan adat yang masih kuat di masyarakat Sikka.
Setelah dilakukan mediasi yang mendalam, tersangka menyatakan penyesalannya atas perbuatannya dan meminta maaf kepada sang ibu di hadapan para saksi. Sementara itu, korban dengan lapang dada menerima permintaan maaf anaknya, sehingga kedua belah pihak mencapai kesepakatan damai.
Kesepakatan tersebut kemudian diperkuat dengan penandatanganan dokumen perdamaian oleh tersangka dan korban, serta disaksikan oleh tokoh agama, tokoh masyarakat, lembaga adat, serta ketua RW dan RT setempat. Dengan adanya perjanjian damai ini, kasus tersebut tidak dilanjutkan ke proses hukum lebih lanjut.
Bhabinkamtibmas Kelurahan Kota Uneng, AIPDA Hironimus Taji Werang, yang turut hadir dalam kegiatan ini menyampaikan bahwa penyelesaian perkara dengan pendekatan Restorative Justice merupakan bagian dari upaya kepolisian dan kejaksaan untuk menyelesaikan kasus-kasus tertentu tanpa harus melalui proses peradilan panjang, asalkan memenuhi syarat yang telah ditetapkan.
“Kami berharap, melalui pendekatan ini, pelaku dapat menyadari kesalahannya dan tidak mengulangi perbuatannya di kemudian hari. Selain itu, perdamaian ini diharapkan dapat menjaga keharmonisan keluarga serta ketertiban masyarakat,” ujarnya.
Dengan pendekatan kekeluargaan dan adat yang terus dikedepankan, diharapkan penyelesaian kasus serupa dapat berjalan efektif tanpa mengesampingkan aspek keadilan bagi semua pihak.