Bhayangkari Daerah NTT Gelar Terapi USEFT di Lapas Perempuan Kupang, Kapolda NTT: Lepaskan Luka, Bangun Harapan

Kupang, NTT – Dalam rangka memperingati Hari Kesatuan Gerak Bhayangkari (HKGB) ke-73, Bhayangkari Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar kegiatan terapi kesehatan mental USEFT (Ultimate SBMS Emotional Freedom Technique) bagi warga binaan dan petugas di Lapas Perempuan Kelas IIB Kupang, Rabu (10/9/2025). Kegiatan ini dipantau langsung oleh Kapolda NTT Irjen Pol Dr. Rudi Darmoko, S.I.K., M.Si.
Terapi USEFT merupakan teknik penyembuhan psikologis berbasis sistem meridian tubuh dengan mengetuk titik-titik tertentu sambil mengucapkan afirmasi positif. Teknik ini dikenal efektif dalam meredakan stres, kecemasan, trauma, bahkan dendam emosional, secara mandiri.
Pelatihan dipandu langsung oleh Ny. Vily Rudi Darmoko, Ketua Bhayangkari Daerah NTT bersama praktisi berpengalaman Bapak Agus E.H. yang juga merupakan Direktur SBMS. Kegiatan ini disambut hangat oleh para warga binaan yang terlibat aktif dalam sesi terapi bersama.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala Bapas Kelas I Kupang, Bapak Lukas Laksana Frans, A.Md.IP., S.H., M.Hum, Kalapas Perempuan Kelas IIB Kupang, Ibu Dewi Andriani, Wakil Ketua Bhayangkari Daerah NTT Ny. Vina Baskoro, serta Wakil Ketua Pengurus YKB Ny. Nana Murry Mirranda. Kegiatan juga melibatkan para pengasuh dan warga binaan Lapas Perempuan Kupang.
Bhayangkari Hadir untuk Mengobati Luka Batin
Disela-sela kegiatan, Ny. Vily Rudi Darmoko menegaskan bahwa program ini tidak berhenti sampai di sini. Pihaknya akan menghadirkan para psikoterapis bersertifikat secara berkala ke lapas-lapas di NTT.
“Kegiatan ini akan berlanjut. Kami akan membawa teman-teman yang sudah tersertifikasi menjadi psikoterapis untuk memberikan layanan kesehatan mental, tidak hanya di Lapas Perempuan, tetapi juga di Lapas Anak dan Lapas Laki-laki,” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa salah satu momen paling menyentuh hari ini adalah saat beberapa warga binaan mengungkapkan rasa kecewa dan dendam terhadap aparat penegak hukum, khususnya polisi, karena pengalaman masa lalu.
“Saya sampaikan bahwa saya juga dulunya polisi. Hari ini saya hadir bukan sebagai aparat hukum, tapi sebagai sesama manusia yang ingin membantu menyembuhkan luka batin mereka,”tutur Vily dengan haru.
“Dengan teknik ini, kita sama-sama melepaskan emosi, trauma, dan rasa benci yang mengganggu pemulihan mereka. Tadi saya lihat sendiri, mereka sudah tersenyum, sudah mulai melepaskan rasa sakit itu,”tambahnya.
Kalapas Perempuan Kelas IIB Kupang, Ibu Dewi Andriani menyambut baik kegiatan ini dan menyampaikan apresiasi kepada Bhayangkari Polda NTT.
“Kami sangat berterima kasih atas perhatian ini. Kami berharap pelatihan ini bisa benar-benar membantu 68 warga binaan dan lebih dari 80 pegawai kami yang mayoritas adalah perempuan, untuk mengelola stres, menyembuhkan trauma, dan mengatasi fobia,”ujar Kalapas.
Kapolda NTT Irjen Pol Dr. Rudi Darmoko yang turut meninjau jalannya terapi mengapresiasi penuh kegiatan ini. Ia menekankan pentingnya kesehatan mental, tidak hanya bagi warga binaan, tapi juga untuk seluruh lapisan masyarakat, termasuk personel kepolisian.
“Saya baru saja melakukan pengecekan terhadap kegiatan Bhayangkari Daerah NTT terkait dengan kesehatan mental di Lapas Kupang. Teknik USEFT ini sangat mudah dipraktikkan, hasilnya pun sangat efektif dan permanen dalam merilis emosi negatif," ujar Kapolda Rudi Darmoko.
Ia menambahkan bahwa teknik ini juga akan diimplementasikan secara lebih luas.
“Kita akan ajarkan teknik ini ke berbagai lapisan masyarakat. Bahkan kita akan segera launching Klinik Bahagia untuk anggota Polri yang mengalami gangguan kesehatan mental. Jika mentalnya sehat, maka kinerjanya dalam melayani masyarakat juga akan meningkat,” jelasnya.
“Kita tidak ingin ada lagi anggota polisi yang menyimpang, yang tidak disiplin, apalagi yang menyakiti hati rakyat. Jika kita bantu mereka menyembuhkan luka batinnya, maka yang muncul adalah polisi-polisi yang tulus dan humanis,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kapolda NTT juga menyempatkan diri mengunjungi stan produk UMKM hasil karya warga binaan, seperti tenun khas NTT dan kerajinan tangan. Ia berbincang langsung dengan para pembuatnya dan membeli beberapa produk sebagai bentuk apresiasi dan dukungan terhadap kemandirian warga binaan.
Kegiatan ini mencerminkan sinergi antara Bhayangkari, kepolisian, dan institusi pemasyarakatan dalam menciptakan lingkungan yang lebih sehat secara mental, khususnya bagi mereka yang sedang menjalani masa pembinaan.
Dengan pendekatan yang empatik dan humanis, diharapkan stigma terhadap aparat dan masa lalu kelam yang dialami warga binaan dapat perlahan memudar, digantikan dengan harapan, pemulihan, dan semangat baru menuju masa depan yang lebih baik.